Senin, 07 Juni 2021

Orang Sibuk adalah Pemalas

Mungkin ketika membaca judulnya saja sudah bertanya-tanya, kok orang sibuk malah dibilang malas bukannya yang pemalas itu orang yang tidak banyak kesibukan ? 


Menurut Timothy Ferriss Dalam bukunya yang berjudul The 4-Hour Workweek menjelaskan :


Sibuk itu adalah bentuk dari kemalasan. Bukanya sibuk itu bentuk dari produktivitas???  Dimana Sibuk itu adalah hasil dari kemalasan kita berfikir apa yang sebenarnya bisa lebih efisien, kalau misalkan kita berfikir lebih keras pasti kita bisa membuat diri kita lebih tidak sibuk. Kita malas berfikir apasih aksi-aksi yang bisa bikin kita lebih efektif dan akhirnya bisa membuat kita lebih tenang. 




Alhasil aktifitas bukanlah produktivitas, semakin banyak aktifitas kita bukan berarti semakin produktif harinya kita. 


Teori parkinson’s law menjelaskan semakin banyak kita punya waktu semakin dikit effort kita melakukannya, ini sering terjadi secara tanpa kita sadari. Misalkan ada tugas seharusnya kita mempersempit jam kerja kita, kenapa? Semakin sempit jam kerjanya kita semakin efektif kita berkerja, justru ada nya jam kerja yang panjang kita tidak maksimal coba kita mempunyaian jam kerja yg pendek pasti kita maksimal gila-gilaan dalam mengerjakannya.


Tidak menutup kemungkinan untuk teori dan opini lainnya....


Rabu, 11 November 2020

Cita Rasa Suatu Hubungan

Hubungan itu seperti rasa makanan. Seenak apapun makanan yang kita makan, lama kelamaan akan menjadi biasa saja. Begitu juga suatu hubungan secinta dan sesuka apapun dengan seseorang lambat laun akan menjadi bosan juga. 


Ketika sudah mulai merasakan cita rasa makanan itu-itu saja, pasti kita akan mencari tempat makan yang lain dan menikmati rasa baru yang mulai membuat kita kenikmatan, tapi ingat rasa baru itu akan berujung menjadi biasa juga dan kita mulai mencari tempat baru lagi untuk mencari kenikmatan yang tiada akhirnya.





Pada akhirnya kita pasti akan memilih suatu tempat makan yang bukan hanya menawarkan kenikmatan cita rasanya saja, tetapi suasana, tempat dan pelayanannya lah yang membuat kita kembali. 


Begitu juga sebuah hubungan, kita tidak akan pernah mendapatkan seseorang yang sempurna untuk mengikuti sesuai selera kita yang setiap saat berubah. Kita akan kembali kepada seseorang yang selalu memberi penawaran yang bukan hanya sebuah rasa saja tetapi suasana, tempat dan pelanyanannya juga. 


Nafsu dan selera bisa berubah-ubah setiap saat tetapi kenyamanan sefrekuensi dalam menjalin hubungan tidak akan pernah berubah. 


                                       ~ Kota Hujan ~

Senin, 05 Oktober 2020

Kecemasan Masa Depan

Saat tulisan ini dibuat, saya dalam keadaan begitu tenang, mantap tanpa keraguan dalam menyambut masa depan. Ibarat pendakian, langkahku seakan tanpa beban menelusuri tiap undakan. Kenapa ini yang dibahas ? 

Ya, bagiku itu pertanyaan fundamental sebagai entry point untuk mengarungi bait-bait yang kubuat di baris selanjutnya. 

Tanpa kita sadari bahwa kehidupan yang berjalan hari ini adalah hasil dari ketidaktahuan dan produk kecemasan dimasa lalu. Ada banyak orang yang frustasi untuk menjalani hidup. Banyak juga manusia yang ketakutan untuk bangun esok hari, bergerak menjalani aktifitas yang terlihat begitu kejam. Namun tidak sedikit juga makhluk yang bernafas menatap optimis untuk masa depan. Ada pepatah yang mengatakan :

“Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup ya mati saja."


Tanpa bisa dibantah, sebetulnya sudah ada skenario Tuhan yang bersemayam dalam diri tiap manusia. Termasuk soal kematian. Jika waktunya sudah tiba, tak satupun orang yang mampu mencegah. Kedatangannya adalah kepastian yang tidak bisa dihindari. Ketakutan tidak memperlambat kematian, keberanian tidak pula mempercepatnya.

Ibarat tanaman, pemahaman ini saya rawat dengan baik di kepala. Setiap waktu kuberi ia pupuk ingatan agar menjalar dalam sikap dan tindakan. Buah dari pemahaman inilah kemudian yang menghadirkan putik-putik optimistik dalam diriku. Hidup adalah bertahan dari semua ketidak pastian masa depan. Terus berupaya untuk memenuhi seluruh keinginan nafsu, bagian ini hanya interpretasi nakalku saja. Ya, menurutku nafsu lah penggerak dominan langkah manusia. Bagian ini sangat bisa diperdebatkan.



Malam ini, tepat di jantung kota bogor, Bumi Pasundan yang lebih akrab disapa dengan julukan kota hujan, saya berdialog dengan pikiranku dalam hening. Ya, Bogor adalah tempat dimana penulis berjuang untuk memperoleh ijazah. Selembar surat sakti, konon katanya bisa membuat hidup lebih terpandang dan dihormati.

Kota Bogor yang dianggap banyak orang sebagai penunjang ibukota, pesonanya memang tak kalah menggoda dibanding sang induk, Jakarta. Ia juga menawarkan imajinasi yang sangat manis bagi orang yang di daerah untuk merantau ke sini. Tanpa perlu disepakati, mayoritas masyarakat urban meyakini jika Bogor dan kota-kota besar lainnya adalah tempat untuk merubah nasib. Laksana telaga yang mampu menuntaskan bermacam dahaga.

Entah dari mana pemahaman itu kemudian mendominasi ruang-ruang dalam benak pikir manusia. Tapi yakinlah, pemahaman tersebut baru akan menemukan jawabannya setelah ditabrakkan dengan realitas. Apa yang diyakini memang tak sepenuhnya salah, tapi tidak juga seutuhnya benar. Endingnya tetap kembali pada perjuangan individu masing-masing. Kota metropolitan bisa jadi tempat paling eksotis bagi orang dengan segudang keberuntungan. Tapi juga bisa menjelma bagai neraka teruntuk orang yang ketiban sial.

Ibarat gula, perkotaan besar selalu didatangi oleh orang-orang dengan berbagai tujuan. Ada yang murni mengadu nasib, mencari nafkah, bekerja, kuliah, melacur dan lain sebagainya. Semuanya hanyut dalam irama perjuangan masing-masing. Tiap-tiap mereka, bergelut dengan ketidak pastian. Berjibaku dengan kenyataan untuk memenangkan jaminan hidup masa mendatang. Kadang untung, kadang buntung!

Lagi-lagi, kecemasanlah yang menjadi irama paling pasti dalam denting waktu. Takut dan was-was adalah benalu yang menggerogoti pikiran tiap manusia.

Ya ya ya..... Itulah permasalahannya. Tidak ada satupun rumus baku yang bisa menjawabnya kecuali diri sendiri !!!


Tidak terasa, waktu terus berputar, bulan terus berjalan dan musim terus berganti. Namun saya masih di posisi yang sama. Tidak berubah. Tetap berada dalam titik koordinat ketidakmampuan menafsir masa depan. Tapi sudahlah, sebagai makhluk, saya memang tak punya kapasitas untuk mengintervensi wewenang sang Kholik. Perkara masa depan, itu adalah lokus Tuhan semata.


****

Ribuan tahun lalu, seseorang datang dengan gagasan ketidakkekalan. Sesuatu yang kita anggap baru, suatu saat akan menjadi usang. Penemuan demi penemuan datang saling memperbaharui. Rumusnya sederhana, tak ada gagasan yang abadi. Semuanya tidak bertahan selamanya. Bukan berarti nilainya berkurang, namun kodratnya memang begitu adanya. Setiap entitas harus patuh pada proses. Musti tunduk pada siklus.

Baik kehidupan maupun kematian, sejujurnya tidak ada yang tahu. Tak seorangpun dari kita mampu menafsirnya. Sebaik-baik pemahaman tentang masa depan yang bisa kita pelihara hanyalah keyakinan menghadapinya dengan sikap mantab dan percaya diri. Masa lalu adalah kenyataan yang sudah terjadi. Ia serupa bayangan yang selalu mengikuti. Tetapi keberadaannya bukan untuk menghambat masa depan. Ia semacam spion yang bertugas memantulkan masa silam yang telah dilalui. Hasil dari memori ingatan yang sudah dilewati. 

Masa depan memang masih misteri. Tapi bukan berarti tak mampu ditentukan dari sekarang. Semua kita bebas berangan-angan, menyusun rencana dan harapan, tapi tidak semua orang mendapatkan jaminan untuk kepastian angan-angannya. Apapun endingnya, yang bisa kita lakukan hanyalah merawat ikhtiar dengan perjuangan dan pengorbanan.

Terkadang pikiran memang kerap offside. Ia lebih maju dari pada aksi yang dilakukan. Kekhawatiran masa depan kerap mendahului tindakan. Banyak dari kita mencemaskan sesuatu yang sebenarnya belum terjadi dan dirasakan. Kita bergerak seakan melampaui takdir Tuhan, sang pemilik masa depan. Ingat kita bukan Tuhan.

Andaikan keinginan dan kenyataan bisa bersahabat dengan baik, mampu kita setting sesuai kehendak, mungkin tak banyak manusia yang sadar arti sebuah perjuangan. Hidup ini akan terasa hambar karena kepastian akan datang tanpa perlu pengorbanan. Tidak ada cerita manis sebuah perjuangan. Bagiku, inilah alasan paling tepat untuk menguatkan diri sendiri saat bergelut dengan ketidakpastian,keraguan dan kecemasan.

Untuk meraih masa depan yang diinginkan, jangan takut dibenci karna berbeda pijakan. Jangan memaksakan diri memasuki ruang orang lain hanya sekedar untuk disenangi. Lebih baik tetapkan pondasi, biarlah yang beda tetap beda dan sama tetap sama. Karena Kanan tidak sama dengan kiri. Keduanya saling melengkapi. Perhatikan saja ayunan kaki saat melangkah, kanan dan kiri tak pernah sejajar, tapi bergantian. Kecuali kalimat yang saya tuliskan ini, kanan dan kiri saling berdampingan untuk mengetik kata demi katanya.

Ada beberapa hal yang diluar kendali kita. Sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkan, yakni seperti tindakan orang lain terhadap kita, opini orang lain, dan bencana alam yang tidak bisa diprediksi secara akurat, begitu menurut pemikiran Sotoisisme. Pada perkara di atas, sekeras apapun usaha kita tidak akan mengubah itu semua. Jadi, jangan biarkan urusan hidup kota tersedot dalam hal-hal yang kontra produktif.jalan terbaik adalah mengubah mengubah hidup dari jalur diri sendiri yaitu pendekatan internal, seperti persepsi diri sendiri, keinginan sendiri dan tujuan diri sendiri. Sebab sebagai manusia, ada ruang-ruang ikhtiar yang masih bisa kita kendalikan, sebatas belum masuk wilayah takdir Tuhan.

Tuhan tidak akan pernah membatasi ikhtiar umatnya. Pepatah mengatakan, apa yang kau tanam itulah yang kau dapat. Apa yang kita yakini akan terkabul, maka itulah yang akan diijabah okeh Tuhan. Ada beberapa klausal hukum sederhana perihal sebab akibat yang diyakini beberapa orang:


Hukum Keyakinan : Apapun yang kita yakini dengan sepenuh hati akan menjadi kenyataan. 

Hukum Harapan : Apapun yang kita harapkan dengan penuh percaya diri, menjadi harapan yang terpenuhi dengan sendirinya.

Hukum Ketertarikan : Kita adalah magnet hidup. Kita menarik orang-orang, situasi dan keadaan yang sejalan dengan pikiran dominan ke dalam hidup kita.

Hukum Kesesuaian : Dunia luar merupakan cermin dunia dalam kita. Ia sesuai dengan pola dominan pikiran kita.


Ini hanyalah rumusan sederhana saja dari ribuan bahkan jutaan kecemasan yang masih tersimpan di pikiran kita. 


                                                                  Semoga bermanfaat !!!

Senin, 11 Mei 2020

Manusia tak Bertujuan

                  ~ Manusia tak Bertujuan ~

Sial pagi ini aku tersentak perihal perkuliahan online yang menuntutku selalu siaga, dan lebih sialnya lagi pesan singkat yang ku dapatkan ternyata hanyalah menjadi tumpukan tugas tambahan. Mata ini belum siap untuk melihat cahaya pagi ini, bekas-bekas lirikan malam masih tersisa, belumpun hilang cerita lintingan gadis manis dan masuk kedunia manusia gagal, yaa kedua buku terhabiskan begitu saja seperti makanan yang disajikan untuk berbuka puasa. 

Lebih terkejutnya lagi, pagi ini yang ku dapatkan seorang teman, kawan atau sahabat tapi entah apalah yang pantasnya disebut untuk dia. Masih terduduk rapi ditempat yang sama, dengan keadaan yang sama, menggunakan sepasang headset yang sama, masih terlalu bersahabat dengannya layar hp yang bercahaya itu, hanya saja asap-asap jahanman yang biasanya keluar dari mulutnya kini tidak terlihat lagi, dimakan oleh kejamnya puasa. 



Tak habis dipikir dibuatnya, menggunakan bola mata merek apa dia? Seolah-olah matanya tidak akan redup dimakan waktu. Ku rasa pemadaman listriklah yang mampu menghentikan matanya untuk tetap nyala. Gila, atau emang sedang diintai malaikat maut dari semalam yang masih tidak enak hati untuk mencabut nyawanya. Pastinya aku tidak terlalu berani bertaruhan tentang nyawanya sekarang. 


Aaahh, sudahlah dari pada menjelaskannya yang ada malaikat maut yang mencabut nyawaku. Spesialismu emang begitu, seperti air yang mengalir mengikuti alurnya. Tidak ada yang tau akan sampai mana, pastinya semuanya akan menuju ke lautan asin yang tak bermuara. 

Selasa, 05 Mei 2020

Bukan Manusia Pemuas

         ~ Bukan Manusia Pemuas ~

Jangan takut dibenci karna beda pijakan dan jangan paksai persamaan untuk disenangi, lebih baik tetapkan pondasi biarlah yang beda tetap beda dan sama tetap sama. Karena Kanan tidak sama dengan kiri tapi saling melengkapi, tidak ada kanan dan kiri berjalan sejajar dalam kehidupan kecuali kalimat ditulisan ini kanan dan kiri saling berdampingan. 

Kalau aku katakan itu filosofi kaki, kenapa? ...

Kaki kanan dan kiri memiliki fungsi yang sama tapi beda waktu penggunaannya. Tidak ada orang berjalan menggunakan kedua kaki dalam melangkah, tetapi saling bergantian yang maju. Kalau kaki kanan didepan yang kiri dibelakang terus sebaliknya. Tidak ada orang menggunakan kedua kakinya dalam melangkah jikalau ada akan mengubah fungsi, bukan lagi berjalan tetapi melompat. 



Berbeda itu biasa, dengan adanya perbedaan kita bisa saling melengkapi. Contoh, Setiap ada pertahanan pasti ada oposisi yang mengawasi, kalaulah salah satunya hilang akan menjadi pincang sebuah kebijakan. Jangan terus merasa benar kita sebagai manusia, ada kalanya kita salah yang lain membenarkan atau malah sebaliknya. Hal itu biasa dalam kehidupan, Sekelas nabi muhammad saja tidak bisa memuaskan seluruh umat manusia apa lagi kita. 

Terus kita masih takut untuk membuat perbedaan? ....


Jangan menjadi kaki melompat karna normalnya kaki itu berjalan. Kita harus tau posisi, pijakan mana yang kita pilih agar tidak salah dalam melangkah. Tidak ada manusia yang bisa memuaskan semua orang, jadilah manusia yang tau pondasi pijakannya agar dalam melangkan tidak terjadi hilang arah. 

Kamis, 23 April 2020

Mungkin Saja

                       ~ Mungkin Saja  ~

Tidak terasa sudah beberapa pekan ini Pandemi Covid 19 banyak melumpuhkan setiap sendi pergerakan masyarakat dunia. Semua pergerakan digiring menuju via online dan hanya bisa secara visual saja. Tidak sensitifnya masyarakat terhadap  perkembangan teknologi 4.0 membuat keterlambatan pergerakan dari setiap lini. Akhirnya perkembangan teknologi itu sendiri memperkosa secara ganas, memaksa setiap individu harus bisa menggunakan teknologi. 

Ada yang berpendapat atau qilawaqola yang masih simpang siur, kurang lebih pada tahun 2050 manusia akan berbadan kecil berkepala besar seperti “Alien”, kalau di lihat dari track record nya sekarang ini bisa saja terjadi. 
 ********

Apa karna kurang terangsangnya masyarakat terhadap perkembangan teknologi membuat para kapitalis teknologi memaksa menabur pandemi ini agar setiap individu mengikuti perkembangan teknologi ? 

Yaaa itu hanya salah satu perspektif saja yang belum diuji kebenarannya...

Atau pandemi yang ada sekarang ini sebagai manifestasi dari alam yang murka terhadap tingkah laku patnernya (Insan) didunia ini ? 

Yaa lagi-lagi hanya sebuah hipotesis belaka saja, yang kebenarannya perlu dibuktikan secara Ilmiah, Empiris dan Logis. 

Tidak sadarkan kita, pencemaran lingkungan selama ini terus berkurang akibat dari tingkah pandemi ini. Hanya saja hasil positif itu semua harus dibayar mahal dengan nyawa manusia yang bersalah maupun yang tidak bersalah. 

Terlepas dari itu semua, kalau kita tarik kearah  sisi negatif saja mungkin kurang adil untuk masyarakat yang pasih optimis dalam melihat masa depan. Masih banyak hal positif yang masih bisa kita lirik. 

Dengan adanya pandemi Covid 19 ini bisa membuat kita makin sadar langkah yang kita ambil selama ini dalam menjalankan kehidupan. 
*****

Bukan waktunya untuk saling menyalahkan, kita yakin semua dari kita tidak ada yang mau posisinya disekarang ini. Semoga cerita ini akan berlalu dengan singkat tanpa membuat kekacauan yang lebih parah lagi. 

Mungkin dengan masuknya Bulan Suci Ramadhan ini, bisa membuat kita lebih intim lagi bermesraan kepada Tuhan yang maha esa, Mungkin ini lah waktunya yang paling tepat untuk kita lebih fokus lagi dalam beribadah dan mungkin keadaan ini lah yang paling tepat menggambarkan tingkah laku kita selama ini. 

Mungkin.....
Mungkin.....

Mungkin..... 

Minggu, 29 Maret 2020

~ Sesama Perantau yang Punya Hati ~

   ~ Sesama Perantau yang Punya Hati ~ 

Ayo lah kawan-kawan ku sesama perantau. mau itu mahasiswa, pekerja maupun wisatawan di daerah yang sudah terkena virus Corona, jangan dulu kembali kedaerah kita masing-masing. Emang benar anggapan kita tidak terkena virus tapi pernah ngak disadari satu dari puluhan orang yang pulang kedaerah itu lah yang membawa virus menyebar kedaerah kita masing-masing. 

Tahan dulu bagi kita yang tidak terkena virus corona, itulah bukti nyata kita mensuport kawan-kawan yang terkena virus untuk tidak kembali kedaerah dan untuk membantu daerah kita masing-masing dalam memotong mata rantai virusnya. 



Kalau kita egois beranggapan “toh kita tidak kena jadi boleh dong balik kedaerah sendiri” ya itu sih sah-sah saja. Tapi bayangi kalau semua orang beranggapan sehat-sehat saja dan bebas-bebas saja pulang kedaerah, mau sampai kapanpun virus itu tidak akan pernah berhenti menyebar. 

Ingat kawan yang punya keluarga bukan kita saja, yang punya rindu kampung halaman bukan kita saja, yang punya orang tua bukan kita saja, semua orang juga punya. Tahan dulu untuk itu semua, tolong kawan jangan bersifat egois, “Stay at Home” nya perantau bukan pulang kekampung halaman tapi berdiam diri di tempat kita masing-masing diperantauan. 

Kalau kita kompak untuk itu semua, yakinlah virus itu tidak akan lama bertahan di indonesia, yakinlah daerah kita tetap aman dari intaian virus corona. Dari kita untuk kita, jangan egois, yang punya perasaan bukan kita saja. Semua orang memiliki hal yang sama apa yang kita miliki. 


  “Dari Yang Punya Hati Juga Sang Perantau”

Orang Sibuk adalah Pemalas

Mungkin ketika membaca judulnya saja sudah bertanya-tanya, kok orang sibuk malah dibilang malas bukannya yang pemalas itu orang yang tidak b...