Malam ini mataku tertuju tajam kesudut jam dinding menunjukan pukul 22.05 setempat. Belum ada respon positif dari mata ini untuk mulai melirik jurnal-jurnal ilmiah yang sudah disiapin dari pagi tadi, hanya saja pilihan tetap jatuh kebuku “Henry Manampiring” yang lagi seksinya untuk dicumbu malam ini. Tuntutan tugas kuliah belum mampu menggeser buku ini. Selagi belum jatuh tempo pengumpulan tugasnya masih ada waktu untuk diulur penyeselesaiannya, yaa... perlakuan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan mahasiswa pada umumnya.
Filosofi Teras yaa itu lah judul cover utama buku malam ini, dalamnya mampu menyihir pikiran untuk lebih tenang dari pada mengulas jurnal ilmiah yang sangat membosankan dan lebih kaku untuk digelitikin. Setidaknya bisa mengusir kecemasan yang menyebar begitu cepatnya dipikiran ini melebihi penyebaran virus corona yang sudah menewaskan setidaknya kurang lebih 380 korban didunia.
Terkadang pikiran ini terlalu aktif selangkah dari pada aksi yang dilakukan. Banyak hal yang terlalu dicemaskan yang sebenarnya belum terjadi dan dirasakan disaat ini. Bisa dikatakan perilaku ini ingin menerjemahkan dan melampaui tuhan yang sudah tau hasil masa depan. Ingat kita ini bukan Tuhan.
Dalam buku yang ku nikmati malam ini ada beberapa hal yang diluar kendali kita yang seharusnya tidak dipikirkan seperti tindakan orang lain terhadap kita, opini orang lain, dan bencana alam yang tidak bisa diprediksikan secara akurat, begitu menurut pemikiran Stoisisme. Dari hal tersebut sekeras apapun usaha kita tidak akan mengubah itu semua, jadi jangan serahkan tujuan hidup kita didalam itu semua. Hanya saja kita mampu mengubah hidup dari jalur diri sendiri yaitu sumber internal dalam diri kita seperti persepsi diri sendiri, keinginan sendiri dan tujuan diri sendiri karna dari itu semua masih bisa kita kendalikan secara sepenuhnya terlepas dari kebijakan yang sudah diatur tuhan.
Setidaknya buku yang ku nikmati malam ini tanpa secangkir kopi lebih bisa menina bobokan pikiran ini dari kegelisahan yang ada, dari pada memaksa kedua bola mata ini mengintrogasi jurnal-jurnal ilmiah yang tidak bersalah itu untuk esok hari mempersiapi otak untuk menunjukan akrobatik didepan kelas seolah-olah manpu menguliti isi dari para jurnal-jurnal ilmiah tersebut.
Tidak ada yang salah dalam kedua hal itu, hanya saja prioritas asupan yang dibutuhkan saat ini yang lebih dipertimbangkan. Dari pada buntu pikiran ini untuk menyelesaikan tugas kuliah, lebih baik memilih menenangkan pikiran ini untuk esok hari bisa mencari kesempatan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Haha walaupun hanya waktu yang mepetlah mampu untuk mendorong penyelesaian tugas kuliah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar